Jumat, 27 Agustus 2010

sebentuk mimpi


pada sebuah pagi
ranting matahari masih menyempit di dedaunan rimbun
ia mengejar mimpi malam tadi
dari sisa waktu  yang tergores di jalan yang selalu dilalui
cekah matahari tertutup butir-butir embun
menggumpal di ujung matanya

”mungkin saja salah arah,
sayang sekali, mimpi  malam tadi tidak meninggalkan alamat”.ia bergumam

tubuhnya merekat pada angin dan mencecah bulu-bulu kabut
agak bersisik dan serasa dingin
sebab butir-butir embun masih tersisa di dedaunan dan semak

di ambang siang
ia  sampai pada arah mimpi yang lain
di perkampungan sunyi
hanya beberapa penduduk tinggal di sana
anak-anak terasing di ujung mimpi yang gelap
laki-laki dan perempuan terpisah tapi tetap berdekatan
mereka menganyam waktu agar tetap muda

menjelang sore
ia menghampar tikar dan merebahkan tubuh
hayalnya bergelayut diterpa angin
mengingat-ingat mimpi malam tadi
bertemu anak-anak yang terasing
di perkampungan sunyi
ia tersentak
mengendap
dan terjebak dalam mimpi

agustus,