pada sebuah pagi
ranting matahari masih menyempit di dedaunan rimbun
ia mengejar mimpi malam tadi
dari sisa waktu yang tergores di jalan yang selalu dilalui
cekah matahari tertutup butir-butir embun
menggumpal di ujung matanya
”mungkin saja salah arah,
sayang sekali, mimpi malam tadi tidak meninggalkan alamat”.ia bergumam
tubuhnya merekat pada angin dan mencecah bulu-bulu kabut
agak bersisik dan serasa dingin
sebab butir-butir embun masih tersisa di dedaunan dan semak
di ambang siang
ia sampai pada arah mimpi yang lain
di perkampungan sunyi
hanya beberapa penduduk tinggal di sana
anak-anak terasing di ujung mimpi yang gelap
laki-laki dan perempuan terpisah tapi tetap berdekatan
mereka menganyam waktu agar tetap muda
menjelang sore
ia menghampar tikar dan merebahkan tubuh
hayalnya bergelayut diterpa angin
mengingat-ingat mimpi malam tadi
bertemu anak-anak yang terasing
di perkampungan sunyi
ia tersentak
mengendap
dan terjebak dalam mimpi
agustus,